Jumat, 01 Maret 2013

LESSON STUDY : Sebuah Proses Pembinaan Guru



Selama pendidikan masih ada, maka selama itu pula masalah-masalah tentang pendidikan akan selalu muncul dan orang pun tak akan henti-hentinya untuk terus membicarakan dan memperdebatkan tentang keberadaannya, mulai dari hal-hal yang bersifat fundamental-filsafiah sampai dengan hal–hal yang sifatnya teknis-operasional. Sebagian besar pembicaraan tentang pendidikan terutama tertuju pada bagaimana upaya untuk menemukan cara yang terbaik guna mencapai pendidikan yang bermutu dalam rangka menciptakan sumber daya manusia yang handal, baik dalam bidang akademis, sosio-personal, maupun vokasional.  (Akhmad Sudrajat, 2008).

"Learning would be exceedingly laborious, not to mention hazardous, if people had to rely solely on the effects of their own actions to inform them what to do. Fortunately, most human behavior is learned observationally through modeling." Albert Bandura

Seperti apa yang dikatakan Bandura, observasi merupakan salah satu bagian yang sangat  penting dalam pengembangan kemampuan. Pengembangan kemampuan guru merupakan salah satu perhatian yang sangat serius di Indonesia.  Perlu adanya sebuah observasi di dalam kelas saat dilakukannya proses pembelajaran. Dengan dilakukannya pengamatan di dalam kelas, kita bisa mengamati proses pembelajaran dan menganalisis proses pembelajaran tersebut agar mendapatkan hasil pembelajaran yang efektif. Sebuah kegiatan yang mewujudkan karakteristik ini adalah lesson study.

Lesson study telah ditetapkan sebagai model yang berharga untuk meningkatkan efektivitas guru. Dalam lesson study guru memberikan kesempatan untuk membangun komunitas belajar profesional, untuk belajar dari satu sama lain, dan untuk berpikir secara mendalam tentang konten dan belajar siswa (Dubin, 2010) Selain itu, literatur menunjukkan bahwa ia memiliki potensi besar sebagai alat yang ampuh untuk memfasilitasi pertumbuhan guru dalam pengetahuan dan pemahaman isi kurikulum, pedagogi, dan belajar siswa, dan untuk mengembangkan kebiasaan pengamatan kritis, analisis, dan refleksi (Bur-roughs & Luebeck , 2010; Chassels & Melville, 2009; Murata & Takahashi, 2002; Perry & Lewis, 2003; Stigler & Hiebert, 1999). Mulyana (2007) mengatakan bahwa lesson study sebagai salah satu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan pada prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Adapun menurut Sukirman (2011), lesson study adalah suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan saling memberi untuk membangun masyarakat belajar. Selanjutnya dikatakan bahwa, lesson study merupakan suatu model pembelajaran kolaboratif antara dosen pemberi materi dan kolaborator yang dilaksanakan dalam tiga tahapan kegiatan sebagai berikut. 1) Perencanaan (Plan). Pada kegiatan perencanaan (plan), dilakukan identifikasi masalah yang ada di dalam kelas yang akan digunakan untuk kegiatan lesson study dan perencanaan alternatif pemecahannya. 2) Implementasi pembelajaran (Do). Pada tahap implementasi (do) seorang dosen pemberi materi mengimplementasikan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) di kelas. 3) Observasi serta refleksi (See) terhadap perencanaan dan implementasi pembelajaran tersebut, sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran. Pada tahap refleksi (see), dosen yang mengimplementasikan rencana pelaksanaan pembelajaran diberi kesempatan untuk menyatakan kesan-kesannya selama melaksanakan pembelajaran, baik terhadap dirinya maupun terhadap mahasiswa. Kolaborator yang bertugas sebagai observer memberi masukan berdasarkan data yang diperoleh, sebagai dasar untuk merencanakan kegiatan selanjutnya.

Berdasarkan wawancara dengan sejumlah guru di Jepang, Caterine Lewis mengemukakan bahwa Lesson Study sangat efektif bagi guru karena telah memberikan keuntungan dan kesempatan kepada para guru untuk dapat: (1) memikirkan secara lebih teliti lagi tentang tujuan, materi tertentu yang akan dibelajarkan kepada siswa, (2) memikirkan secara mendalam tentang tujuan-tujuan pembelajaran untuk kepentingan masa depan siswa, misalnya tentang arti penting sebuah persahabatan, pengembangan perspektif dan cara berfikir siswa, serta kegandrungan siswa terhadap ilmu pengetahuan, (3) mengkaji tentang hal-hal terbaik yang dapat digunakan dalam pembelajaran melalui belajar dari para guru lain (peserta atau partisipan Lesson Study), (4) belajar tentang isi atau materi pelajaran dari guru lain sehingga dapat menambah pengetahuan tentang apa yang harus diberikan kepada siswa, (5) mengembangkan keahlian dalam mengajar, baik pada saat merencanakan pembelajaran maupun selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran, (6) membangun kemampuan melalui pembelajaran kolegial, dalam arti para guru bisa saling belajar tentang apa-apa yang dirasakan masih kurang, baik tentang pengetahuan maupun keterampilannya dalam membelajarkan siswa, dan (7) mengembangkan “The Eyes to See Students” (kodomo wo miru me), dalam arti dengan dihadirkannya para pengamat (obeserver), pengamatan tentang perilaku belajar siswa bisa semakin detail dan jelas (Caterine Lewis, 2002)

Bill Cerbin & Bryan Kopp mengemukakan bahwa Lesson Study memiliki 4 (empat) tujuan utama, yaitu untuk : (1) memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana siswa belajar dan guru mengajar; (2) memperoleh hasil-hasil tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh para guru lainnya, di luar peserta Lesson Study; (3) meningkatkan pembelajaran secara sistematis melalui inkuiri kolaboratif. (4) membangun sebuah pengetahuan pedagogis, dimana seorang guru dapat menimba pengetahuan dari guru lainnya. Berdasarkan wawancara dengan sejumlah guru di Jepang, Caterine Lewis mengemukakan bahwa Lesson Study sangat efektif bagi guru karena telah memberikan keuntungan dan kesempatan kepada para guru untuk dapat: (1) memikirkan secara lebih teliti lagi tentang tujuan, materi tertentu yang akan dibelajarkan kepada siswa, (2) memikirkan secara mendalam tentang tujuan-tujuan pembelajaran untuk kepentingan masa depan siswa, misalnya tentang arti penting sebuah persahabatan, pengembangan perspektif dan cara berfikir siswa, serta kegandrungan siswa terhadap ilmu pengetahuan, (3) mengkaji tentang hal-hal terbaik yang dapat digunakan dalam pembelajaran melalui belajar dari para guru lain (peserta atau partisipan Lesson Study), (4) belajar tentang isi atau materi pelajaran dari guru lain sehingga dapat menambah pengetahuan tentang apa yang harus diberikan kepada siswa, (5) mengembangkan keahlian dalam mengajar, baik pada saat merencanakan pembelajaran maupun selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran, (6) membangun kemampuan melalui pembelajaran kolegial, dalam arti para guru bisa saling belajar tentang apa-apa yang dirasakan masih kurang, baik tentang pengetahuan maupun keterampilannya dalam membelajarkan siswa, dan (7) mengembangkan “The Eyes to See Students” (kodomo wo miru me), dalam arti dengan dihadirkannya para pengamat (obeserver), pengamatan tentang perilaku belajar siswa bisa semakin detail dan jelas.
           



luvne.com luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.comnya.com.com