Senin, 01 Agustus 2011

CITRA GURU VS MUTU PENDIDIKAN NASIONAL


Ketika Kota Hiroshima dan Nagasakhi dibom atom, kaisar Jepang mengajukan satu pertanyaan kepada Perdana Menteri “ berapa jumlah Guru yang masih ada ?”. Pertanyaan Sang Kaisar ini menurut telinga orang Indonesia mungkin dianggap pertanyaan yang tidak masuk akal. Jika orang Indonesia yang bertanya, pasti pertanyaan-pertanyaan yang diajukan seperti ini. “Berapa jumlah korban yang meninggal, luka berat, luka ringan, yang sudah ditemukan dan sebagainya dan sebagainya. Sebenarnya hal yang ditanyakan Sang Kaisar sebuah pertanyaan yang mendasar dan mengandung filosofi yang tinggi bagi masa depan bangsa Jepang.  Kaisar berkeyakinan bahwa untuk membangun masa depan Jepang sangat diperlukan Guru. Gurulah yang diyakini Kaisar Jepang sebagai agent of change masa depan Bangsa . Dan hasilnya seperti yang kita  lihat sekarang Negara Batu bara putih ini  menjadi negara maju hampir di semua bidang kehidupan.



Prolog di atas mari kita gunakan untuk mencermati, bagaimana pendidikan di negara tercinta ini. Sampai hari ini pendidikan bangsa Indonesia masih tertinggal dengan negara tetangga ASEAN seperti Singapura dan Malaysia. Mengapa demikian ?, salah satu faktor yang mempunyai andil besar dalam dunia pendidikan yang sampai sekarang belum mendapat citra sebagaimana mestinya yaitu faktor Guru. Citra Guru di negara Indonesia belum baik secara sosial, ekonomi dan karier. Profesi guru belum banyak menjanjikan sehingga para lulusan SMA  yang mengambil program studi keguruan dan ilmu pendidikan mereka yang  memiliki kemampuan akademis marginal ke bawah. Sementara itu Pemerintah berkemauan keras untuk memajukan  mutu pendidikan nasional dengan cara setiap tahun mematok nilai standar minimal kelulusan UN. 

Pada tahun ajaran 2010-2011 ini nilai standar minimal lulus UN  dipatok sebesar 5,50. Dan di tahun mendatang standar ini akan ditingkatkan lagi. Meningkatkan mutu pendidikan nasional tidak sekedar menaikkan nilai standar kelulusan UNAS. Tetapi yang  lebih urgen bagaimana memperbaiki sistem pendidikan nasional yang didalamnya terdiri dari beberapa elemen penting. Seperti kurikulum, Guru, bahan ajar, sistem penilaian dan sebagainya. Apabila pemerintah berkomitmen terhadap pendidikan di tanah air harusnya pemerintah belajar dari Jepang bagaimana mereka menempatkan profesi guru secara proporsional juga seperti yang terjadi di negeri Jiran, guru merupakan profesi yang bergengsi dan termasuk kelompok menengah atas. Dalam pewayangan tokoh guru sering disebut ”Sang Maha Guru” atau ”Bethoro Guru” yang menjadi pemimpin para Dewa di negeri Kayangan. Semua Dewa tunduk dan patuh kepada Bethoro Guru.

Dari beberapa elemen pendidikan di atas, elemen guru adalah elemen yang sangat penting, apalagi dengan kurikulum KTSP, guru berwenang menyusun  silabus, bahan ajar, standar kompetensi, sistem penilaian dan sebagainya secara otonomi sekolah. Oleh karena itu memajukan pendidikan nasional harus diikuti dengan memperbaiki citra guru secara nasional pula. Selama citra guru tidak mendapat perbaikan dari pemerintah, upaya memajukan pendidikan nasional akan menjadi sebuah dilematis belaka.
Upaya penting yang harus dilaksanakan pemerintah yang tidak lagi bisa ditawar yaitu bagaimana memperbaiki citra guru di negeri ini.  Dan alhamdulillah, sejak orde refromasi yang bergulir tahun 1998 pemerintah  telah membuat langkah-langkah nyata antara lain;
a.   menetapkan anggaran pendidikan dari total APBN pertahun
     20% harus alokasikan untuk pendidikan. Walaupun sampai
      tahun 2007 ini yang real baru mencapai 10 % sampai 15%.
b.  melaksanakan program sertifikasi guru secara bertahap dan
      berkelanjutan.
c.   memberi tunjangan profesionalisme guru sebagaimana diatur
    dalam UU tentang Guru dan Dosen.



0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.comnya.com.com