sumber : Facebook pa arif "To be a teacher, U should more think about that:"
Pernahkah kalian
berpikir tentang perkerjaan apa yang akan kalian geluti suatu saat nanti ?
Saya sedang memikirkan
hal itu akhir-akhir ini. Entah kenapa pikiran itu muncul di saat saya sedang
memasuki episode “perkuliahan penelitian” dan saya sedang berada di trek yang
sebentar lagi akan mencapai garis “skripsi”. Saya kuliah di jurusan pendidikan
fisika, namun tak pernah sedikitpun muncul di benak saya untuk menjadi seorang
guru. Bagi saya menjadi guru adalah pekerjaan yang repot, tiap hari harus
mengurusi anak orang, tiap hari harus berangkat pagi, tiap hari harus membuat
RPP dan silabus pembelajaran, gaji tidak seberapa. Ya apa enaknya sih jadi guru
?
Mending jadi pengusaha,
jelas punya usaha sendiri dong, mau berangkat kapan aja bisa, pasti bisa kaya,
punya banyak waktu luang, punya banyak uang, mau ini mau itu bisa beli,
Tapi proses belajar
yang saya alami selama ini membuat saya berubah, merubah paradigm saya tentang guru. Pendidikan
telah mengajarkan saya banyak hal tentang hidup, cinta, persahabatan, dan
empati. Banyak hal yang saya dapat selama ini tanpa saya sadari semuanya tidak
lepas dari proses pendidikan dari mulai TK hingga kuliah sekarang. Ada beberapa
alasan yang mulai saya pikirkan ternyata jadi guru itu mulia dan bisa membuat
kamu bahagia.
Ikatan
Emosional Dengan Masa SMA
Kalau saya ditanya
masa-masa apa yang menurut kamu paling indah selama hidup kamu ?
Tanpa
ragu saya akan jawab, masa-masa SMA adalah masa yang paling indah selama hidup
saya sampai sekarang ini. Mengenang masa-masa SMA membuat kamu selalu menjadi
muda. Membicarakan masa “putih abu” tidak akan pernah bosan, masa SMA adalah
masa dengan penuh “kebodohan dan keanehan”.
Saya orang yang sangat
sulit untuk menangis, apa sih cowo ko nangis, ga banget lah masa mau nangis.
Tapi sial saat perpisahan saya menangis di depan teman-teman ! Awalnya saya dan
teman-teman maju untuk dikalungkan medali oleh wali kelas, disusul dengan salam-salaman
dengan para guru, wakepsek, dan kepsek. Ooh meeen wali kelas saya menangis,
dari situ hidung saya udah merah. Dalam hati *plis plis plis ayo tahan nanti
aja nangisnya*. Salaman berlanjut dari satu guru ke guru lainnya, sampai
salaman dengan pak Roni (Guru Fisika) mata saya udah sembab hidung merah.
Sumpah gatau kenapa kok saya tiba-tiba jadi nangis gini, di tahan tahan malah
jadi tidak tahan haha. Mungkin saya harus menagis. Saya di peluk dari belakang “BUKKKK”.
“Eduu maafin saya ya kalau ada salah, saya akan jauh dari kalian” ternyata si
sabiq. Mau gamau saya peluk dia juga. Dengan tangisan yang udah makin menjadi
jadi saya bicara sekenanya sambil sesekali menyeka hidung “iya biq hati-hati ya
di Malaysia, kamu belajar di sana, jangan nakal lagi”. Pelukan demi pelukan dan
tangisan demi tangisan terus berlanjut, semua berpelukan, saat itulah semua
kenagan di masa SMA berputar di memori otak saya, saat saya bahagia, saat saya
sedih, saat-saat di marahi guru, saat saat nakal, saat terkena visru merah
jambu, saat saya belajar untuk menjadi manusia dewasa. Saya dan mereka sudah
seperti keluarga lebih dari sekedar sahabat. Walau kadang mereka menjengkelkan,
kalau ulang tahun di bully sampai lupa kalau saya manusia, aah tapi semua itu
indah untuk dikenang.
Kenangan-kenangan SMA
itulah yang ingin selalu saya ingat, menjadi guru jiwa kita akan selalu menjadi
muda, menjadi guru akan selalu mengenang masa SMA. Indah bukan untuk dikenang ?
bayangan-bayangan ketika masa “putih abu-abu” akan selalu terbayang saat saya
menjadi guru kelak.
Kehidupan
SMA; Cinta dan Persahabatan
Menjadi guru berarti
menjadi orang tua murid di sekolah. Guru bukan sekedar mengajarkan materi
pembelajaran di kelas, tapi guru menjadi orang tua yang selalu meluruskan siswa
nya saat mereka salah, mensuport siswanya saat mereka patah semanagat,
menghibur mereka saat mereka sedih, menjadi orang yang setia mendengarkan
curhat siswanya saat mereka mempunyai masalah. Saya sendiri menyukai kehidupan dan lingkungan
sosial yang ada di SMA. Kompetisi yang sehat antar siswa di SMA, segala
romantika kehidupan anak remaja, persahabatan, dan rasa empati antar siswa.
Saya menyukai hal-hal tentang mereka dan tentang kehidupan mereka. Mengurus
anak SMA harus menggunakan pendekatan seperti seorang sahabat, seorang guru tidak
bisa memposisikan dirinya terus-menerus sebagai seorang guru. Saya siap ko jadi
tempat curhat mereka, secara saya kan pernah SMA juga makan “asam garam” masa
SMA haha
Mempunyai
Banyak Waktu
Menajdi guru kamu bisa
mempunyai banyak waktu untuk keluarga di rumah. Secara kan yah guru masuk jam
7.00, pulang yaah paling jam 14.00 itu pun ga tiap hari seperti itu. Sepulang
kerja bisa membangu usaha di rumah, bisa sambil menuluis buku sambil bercengkerama
dengan anak istri di rumah melihat anak-anak bermain dan berlarian di sekitar
rumah. Dengan begitu selain bisa mengajar kita juga bisa produktif untuk
menulis, untuk membuka usaha, dan
menyalurkan hobi kita yang lain. Apa lagi kalau buka usaha di rumah, bah ! enak
banget tuh kayaknya. Bisa juga dengan membuka les/private di rumah sesuai
dengan mata pelajaran yang sedang di
geluti. Kalau ada yang bilang gaji guru kecil itu salah banget, gaji guru sekarang
besar ! Dua kali lipat dari gaji pokok, apa lagi punya usaha sampingan ! Bah lu
bisa kaya banget.
Mengabdi
Untuk Masyarakat
Efek dari mempunyai
banyak waktu itulah yang bisa membuat seorang guru bisa mengabdi lebih banyak
kepada masyarakat. Ingat menjadi seorang guru berarti telah menafkahkan “badannya”
bukan hanya untuk dirinya sendiri melainkan untuk anak didiknya, untuk
pendidikan bangsanya, 240 juta rakyat Indonesia. Seorang guru harus bisa
mengabdi untuk masyarakatnya, di manapun seorang guru tinggal, dia bermanfaat
untuk orang yang ada di sekelilingnya. Jujur saya sendiri semenjak menginjak
usia SMA sangat tertutup atau jarang bergaul dengan masyarakat, bahkan
teman-teman satu lingkungan sekalipun. Secara saat saya SMA, pulang dari sekolah sore sekali, setelah itu
mandi makan sholat dan belajar, pagi berangkat sekolah lagi. Waktu saya banyak
dihabiskan di sekolah. Dengan menjadi guru, saya punya waktu untuk mengabdi
kepada masyarakat.
Intinya adalah menjadi
seorang guru adalah menjadi orang yang bermanfaat. Menjadi guru berarti ikut andil untuk membangun kader-kader "Manusia" di masa yang akan datang. Pekerjaan apa pun kalau di
isi oleh orang yang baik maka pekerjaan itu akan menjadi baik, tapi pekerjaan
yang baik kalau diisi oleh orang yang tidak baik maka akan menjadi tidak baik. Saya
sedang belajar untuk itu, memperbaiki diri saya untuk menjadi orang baik, untuk
masa depan cita dan cinta. Kelak bekerja sebagai apa pun saya akan selalu siap,
demi agama, bangsa, dan negara ini. Indonesia Raya ~